Jalur Pendakian Gunung Wilis

Gunung Wilis merupakan gunung tak aktif dengan tinggi 2563 mdpl di Jawa Timur. Gunung tersebut merupakan gunung dengan 5 puncak yang masing - masing dapat dijangkau dari tiap kota misalnya Puncak Liman dapat dijangkau dari kota Nganjuk dan Kediri dan banyak puncak lain, dan juga konon salah satu puncaknya ada yang belum pernah didaki dan juga belum ada yang berhasil berekspedisi ke salah satu puncaknya tersebut.

Ada juga puncak lain ( ± 2300m dpl ) yang dapat diakses lewat daerah Tulungagung yang merupakan puncak paling favorit didaki para pendaki karena selain medannya menantang, juga banyak ditemui pemandangan alami misalnya air terjun, situs purbakala / candi , juga hamparan kebun teh yang terkenal dengan sebutan ‘Teh Hijau Kaki Wilis’.

Selain itu juga terkenal daerah penghasil susu sapi dan sayuran ( kobis, kol, wortel, sawi dll ). Gunung tersebut dapat dikatakan bahwa merupakan gunung yang masih dikatakan alami ‘Perawan’ karena pada dasarnya lokasinya yang jauh dari pusat kota dan keramaian apalagi akses ke lokasi dengan kendaraan umum juga lumayan sulit didapatkan sehingga jarang dijamah tangan pendaki yang usil.

Dalam setiap perjalanannya ke Puncak banyak juga ditemui tanaman alami khas pegunungan ( suplir, Anggrek, namun jarang ditemui edelwise ) yang tidak dapat ditemui dari gunung - gunung lain dan juga masih terkenal dengan binatang buasnya dan liar semisal harimau, ular phiton, monyet, babi hutan, ayam panggang ( di warung sebelah rumah ).


Jalur via Tulungagung merupakan jalur favorit masyarakat Tulungagung dan sekitarnya. Jalur ini memakan waktu 6 - 8 jam ( panjang jalur 7 - 9 km ) dimana disini tidak ada yang namanya pos pendakian ( base camp ), pos penjaga dll. Selain itu air hanya dapat diperoleh di desa terakhir dan di air terjun yang lokasinya ¼ dari perjalanan. Kepuncak perlu diingat bahwa gunung ini banyak hewan penghisap darah ( pacet ) di sepanjang jalur sampai puncak.
  

Sebaiknya kita menyiapkan air yang lebih banyak jika kita mendaki 2 hari misalnya 1 malam menginap di watu godeg, semalam lagi di puncak dimana kita harus menyiapkan persediaan air di ½ perjalanan ( watu godeg ) dan di simpan ( disembunyikan didaerah itu ) sehingga jika kita pulang tidak takut kehabisan air dan dapat langsung beristirahat ( memasak lagi di tengah perjalanan ).

Sehingga ketika turun badan sudah kembali fit. Dari watu godeg ke puncak maka sudah ada plang tanda informasi ke puncak dimana watu godeg merupakan titik temu dari air terjun dengan jalur kedua, dan dari sinilah jalur menuju kepuncak akan menjadi satu jalur.Info Jalur pendakian menuju desa terakhir : dari terminal Tulungagung naik angkutan pedesaan ( angkudes ) menuju kedesa Sendang dan turun di Pertigaan koramil Sendang. Dari sini naik angkudes / ojek menuju kedesa penampe’an ( penampihan ).

Untuk diingat bahwa angkudes ini sangat jarang sehingga perlu adanya koordinasi proses pendakian didalam perhitungan kapan waktu pendakian dan kepulangan. Kalo perlu koordinasi dengan sopir karena angkudes hanya beroperasi jam 8 - 16 sore dan berangkat tiap 1 jam sekali.

Jika kita naik angkudes maka kita akan diturunkan ke desa terakhir dan perlu berjalan kaki 1/2 km untuk menuju ke candi penampihan, namun jika kita naik ojek akan diturunkan di candi penampihan sehingga lebih efisien waktu dan tenaga.

Dari sinilah kita akan memulai pendakian sehinnga perlu adanya persiapan didesa terakhir ini. Bila perlu bekal ditambah misalnya beli sayuran untuk bekal memasak dan juga susu untuk menunjang gizi yang harganya relatif murah. Untuk susu didapat dengan membeli pada jam 8 pagi dan jam 3 sore karena selain jam tersebut susu sudah dikirim ke pabrik pengolah susu.

Jalur Pendakian

Dari  desa terakhir  menuju ke Puncak dapat dilewati melalui 2 jalur yaitu :
1. Jalur 1 air terjun. Candi penampihan - Kebun teh - air terjun penampihan - watu Godeg ( 1/2 perjalanan ) - Puncak.
2. Jalur 2 langsung puncak. Candi Penampihan -  Kebun Teh -  Kebun sayur - langsung Watu godeg ( 1/2 perjalanan )- puncak.

Jalur tersebut sama - sama melewati kebun teh yang sangat hijau dan setelah kebun teh akan berpisah jalurnya dimana jika ke air terjun ada dikiri dan jalur kedua kekanan menuju kebun sayuran. Dan yang pasti kedua jalur tersebut tidak ada yang menghindarkan dari gigitan pacet.

Jalur pertama, merupakan jalur yang tidak perlu membawa air hingga air terjun ( 1/4 perjalanan ) dimana untuk menuju ke air terjun akan melewati 7 anak sungai kecil yang harus diseberangi disisi lain juga tidak terlalu memakan tenaga agar sampai ke air terjun karena hanya melewati bukit kecil dan anak sungai tersebut.

Kekurangannya yaitu untuk ke air terjun pemandangannya hanya pohon gundul yang tidak rindang lagi, banyak ditebangi sehingga kalau disiang hari akan terasa terik dan panas namun dapat diatasi dengan membasuh dengan air di tiap anak sungai.

 Setelah dari terjun ini pemandangannya bagus sekali dimana kita dapat melihat air terjun yang tingginya 30 meter. Perlu di ingat bahwa disinilah pusat pacet paling banyak sehingga perlu berhati - hati jika mandi walaupun tidak berbahaya mungkin jika suatu misal kita terhisap 50 ekor saja, dapat dibayangkan berapa darah segar yang terbuang sia - sia sehingga dapat dipastikan kita bisa terserang anemia ( kekurangan darah ) dan malah bisa mengakibatkan hipotermia / penurunan suhu tubuh.

Kekurangannya lagi dimana jalur dari air terjun ke watu godeg akan sangat berat karena kemiringan lerengnya relatif menanjak dengan sudut kemiringan 45 derajat sehingga butuh tenaga ekstra hingga setengah perjalanan ( watu godeg ). Untuk jalur ini tidak dianjurkan pada waktu musim penghujan karena licin, becek dan di sisi kiri adalah jurang sehingga perlu kehati - hatian dan keahlian khusus. Struktur tanahnya labil dan tersusun dari tanah liat sehingga sangat licin perlu memakai sepatu bot ataupun sepatu sepak bola.

Jalur ini tidak memiliki plang ( tanda arah menuju watu godeg ) sehingga perlu dilakukan penyisiran jalan agar tidak tersesat jika belum pernah mendaki gunung ini. Setelah sampai watu godeg (berwujud batu besar yang mengapit sebuah tanah datar yang lumayan lebar) dan ditanah ini kita bisa mendirikan base camp agar terhindar dari angin. Dari jalur ini kurang lebih memakan waktu 4 jam untuk sampai watu godeg. Dari sinilah jalur antara keduanya ( jalur 1 dan jalur 2 ) akan bergabung dan terdapat penunjuk jalan ke puncak.

Jalur kedua, adalah jalur yang harus melewati kebun sayuran ( ada rumah penyimpan sayuran ) yang dihalaman luarnya ada kolam ikannya. Dijalan ini melewati satu anak sungai barulah kita menaiki bukit dan disinilah kita harus mencari jalan menuju puncaknya yang terlihat ada plang ( penunjuk jalan ).Jalur disini akan terlihat tertutup rerumputan sehingga harus jeli melihat manakah jalur air ataukah jalur setapak.

Perlu diingat bahwa pada jalur ini sampai puncak tidak akan ada air lagi Untuk jalur ini jalurnya lebih jelas dan sudah terbentuk seperti anak tangga ( ada plang jalurnya juga tiap berapa meter sekali ) dan sangat rindang sekali, dikanan dan kirinya pepohonan khas hutan tropis Indonesia. Di sini kemiringannya 20 - 30 derajat dan ada bonus trak mendatarnya juga sehungga lebih hemat tenaga. Namun perlu hati - hati juga karena jalurnya juga bercabang banyak menuju ke lembah atau bahkan ke turun lagi.

Perlu hati - hati memilih jalur, usahakan tetep berkonsentrasi terhadap jalur tipuan tersebut. Perlu diperhatikan dalam pencarian jalur ini usahakan cari jalur yang terlihat menanjak terus dan ada tanda keberadaan plang info jalur ( hindari jalur turun yang curam karena menuju kedasar tebing ). Jalur ini relatif cepat yaitu untuk kewatu godeg dapat ditempuh 3 - 3,5 jam. Setelah sampai watu godeg maka dapat bermalam dahulu. Baru melanjutkan lagi. Jalur ini tidak akan melewati air terjun lagi karena jika kita ke air terjun sama halnya kita kembali ke ¼ perjalanan lagi.

Dari watu godeg ini jalur sudah bersatu dan hanya ada satu jalur yang menuju kepuncak namun tanah nya sangat labil, usahakan hindari tanah yang bergerak bila di injak( tanahnya empuk seperti kasur ) karena tanah tersebut biasanya akan membuat terpeleset atau kaki terkilir karena kaki kita tenggelam dan akhirnya terjatuh. Dan dalam perjalanan ini pastilah kita akan di gigit pacet, karena pada tanah yang empuk tersebut biasanya merupakan sarang dari pacet, usahakan kaki dan tangan dilindungi dengan kaos kali tebal dan panjang, kalau perlu kaki diberi lotion anti nyamuk yang relatif efektif.

angan lupa membawa tembakau yang berguna untuk melepaskan dan menghentikan aliran darah yang keluar. Dalam perjalanan ini kita akan melihat banyak pohon besar yang akan kita lewati bagian tengah ( sela - sela ) batangnya. Setelah watu godeg ini jalurnya relatif ringan karena kita hanya menuruti jalan yang berada pada punggungan yang kiri dan kanannya berupa lembah curam ( jurang ) dan pastikan keselamatan diri dan barang bawaan karena ketika beristirahat kita pasti lupa penempatan barang - barang dilokasi yang aman, namun jangan salah jika hampir mendekati puncak maka jalannya akan menanjak terus sepanjang 2 km.

Ciri ciri akan mendekati puncak adalah banyaknya pohon cemara / pinus dan mulai jarang tumbuhan yang lebat tetapi akan berganti menjadi pinus dan rerumputan dan lumut. Pada ketinggian ini maka banyak lumut akan hidup di batang pohon dan batuan Usahakan dalam mendaki dan hampir puncak kita membuka kompas dan hafalkan arah turunnya karena penulis dulunya pernah tersesat ½ hari hanya akibat salah perkiraan arah pulang.

Dan kami ingatkan bahwa kita berangkat dari arah timur ( desa terakhir ) dan bergerak memgelilingi puncak dengan mengitari dari selatan puncak dan sampai puncak kita sudah berada di barat nya gunung / puncak, sehingga jangan salah tafsir karena biasanya pendaki pasti berfikir berangkat dari timur pastilah kita berada ditimur puncak. Apalagi biasanya pendakian dilakukan paling banyak dilakukan malam hari kita tidak bisa menafsirkan arah mata angin dengan rasi bintang, arah bulan maupun arah gemerlapnya kota.

Puncak ini tidak ada simbol keabadian puncak misalnya tugu puncak yang terbuat dari beton, tetapi hanya tugu yang tersusun dari bebatuan yang tertata setinggi 1 meter tanpa semen. Dari puncak wilis ini jika cuaca cerah maka kita dapat melihat puncak raksasa ’’MAHAMERU’’ yang merupakan puncak Gunung semeru dan merupakan gunung ( aktif ) tertinggi ( 3676 mdpl ) di Jawa yang berada di timur kita.

Kita dapat melihat kepulan asap Mahameru yang meletup tiap 15 menit sekali, yang menunjukkan kegagahannya dan kita pasti bangga karena kita seakan - akan berdiri tegap dan sejajar dengan gunung semeru, dan juga pasir putih yang mengelilingi semeru tsb. Pada sisi kiri ( utara ) Semeru terlihat juga gunung Bromo ( 2382 mdpl ) dan agak kebaratnya Gunung Welirang ( 3156 mdpl ) dan gunung Arjuno ( 3338 dpl ) yang terkenal keangkerannya dan mistiknya dan juga gunung nonaktif Anjasmoro ( 2282 mdpl ).

Di ibarat nya lagi adalah gunung Kawi dan Gunung Kelud ( 1731 dpl ) yang terkenal dengan kawah air hangatnya yang dapat menyembuhkan penyakit kulit. Belum lagi bagian barat wilis kita dapat melihat gunung Lawu ( 3265 mdpl ) yang merupakan gunung di perbatasan Jawa Timur - Jawa Tengah.

Tidak tertutup kemungkinan kita dapat melihat gunung Merapi, di Jawa Tengah ( 2911 mdpl ) dan Gunung Merbabu ( 3142 mdpl ) tapi sayangnya pada posisi itu ( barat laut ) maka kita akan tertutup oleh puncak wilis yang lain. Pada arah utaranya kita tidak dapat melihat apa - apa ( termasuk kota Kediri ) karena juga tertutup oleh puncak lain yang berada diutara kita, namun yang justru mengherankan adalah pada posisi utara ini ( bawah puncak liman dan sejajar dengan kita ) kita dapat melihat sebuah Candi yang ada pada ketinggian 2300 mdpl.

Pada pandangan ke selatan kita dapat melihat kota Tulungagung yang terkenal sebagai ’’ kota marmer’’, dan pandangan jauh keselatan dapat dilihat air laut yang biru bagaikan kita diujung langit, melihat hamparan laut yang luas.
Title : Jalur Pendakian Gunung Wilis
Description : Gunung Wilis merupakan gunung tak aktif dengan tinggi 2563 mdpl di Jawa Timur. Gunung tersebut merupakan gunung dengan 5 puncak yang mas...