Mungkin yang belum pernah sampai di
Sumbing akan bertanya - tanya plus berpikir, apa itu Pestan?. Nah kami
akhirnya setelah Gunung Sindoro akhirnya berniat mendaki ke Sumbing,
gunung yang berdiri kokoh disamping Sindoro. Lokasi jelas sama dengan
Sindoro, yaitu di antara Wonosobo dan Temanggung Jawa Tengah, Sumbing
berketinggian 3371 mdpl, termasuk gunung tinggi di Jawa Tengah, dan
nomor dua tertinggi setelah Gunung Slamet.
Pendakian Belantara Indonesia di mulai lewat Jalur Garung yang
juga jalur yang sering di pakai para pendaki Sumbing, selain jalur
Batursari, jalur Kacepit, jalur Cengklok dan jalur Kaliangkrik. Kami
awali dari Magelang menaiki bus jurusan Temanggung dan kami turun di Garung yang berdekatan atau berseberangan dengan Kledung, pos pendakian menuju Sindoro. Setelah sibuk dengan persiapan dan meluruskan badan dengan rebahan di Base Camp Garung, menjelang malam kami putuskan untuk mulai mendaki menuju puncak Sumbing.
Perjalanan kami mulai dari Gapura Garung menuju sebuah Masjid, yaitu Masjid Al-Mansyur, sesampai di dekat masjid lalu berkelok ke kiri dan menanjak lalu melewati ladang sawah pertanian milik penduduk setempat, lalu kami sampailah di Pos Malin setelah berjalan cukup lama, sekitar hampir 4 jam! Melalui ladang dan jauh dari yang namanya hutan gunung, sayang sekali......
Segera tak membuang waktu kami putuskan untuk melanjutkan ke Pos 2 Genus yang jarak tempuh dari Malin tak sampai lama, hanya sekitar 1 jam an. Hanya jalurnya berpasir dan keras karena tanah liat keras. Karena memburu sunrise di puncak, tanpa istirahat kami teruskan pendakian menuju Pos Sedlupak Roto yang hampir tanpa bonus karena tanjakan sepanjang perjalanan..wah alangkah hebat dan capeknya...
Dan akhirnya sampailah kami di simpang yang merupakan pertemuan dua jalur, yaitu jalur lama dan jalur baru. Jalur kami yakni jalur lama. Berpikir sebentar akhirnya kami hendak membuka tenda di pos selanjutnya yaitu Pestan. Kami lanjutkan lagi menuju Pestan karena sudah tak jauh lagi dari simpang, hanya sekitar10 menit perjalanan normal, maksudnya normal itu ya jalan biasa tanpa mampir warung....( ga nyambung.. ).
Sesampai di Pestan yang arti panjangnya adalah Pasar Setan, kami membuka tenda untuk istirahat dan meluruskan badan barang sejenak. Setelah tenda berdiri kami pun ngobrol panjang lebar..Lho??..ya jalur itu lumayan ramai dengan banyak pendaki yang juga istirahat maupun melanjutkan menuju puncak. Yang surprise, selama ngobrol, aku dengar dari jauh suara tertawa, yang bunyinya lumayan kencang terbawa angin karena Pestan tak begitu jauh dari puncak Sumbing.
Arah suara tertawa dari arah puncak. Kaget dan heran sebenarnya karena aku yakin di puncak Sumbing tak mungkin ada Dagelan tengah malam seperti ini....atau mungkin ada pendaki yang membawa televisi lalu muter TV pas acara Tukul? tak mungkin......Tak lama aku lihat ada pemandu pendakian yang berasal dari desa di kaki Sumbing. Aku tanya itu suara tertawa, dan jawabnya: " Oh itu dari puncak mas, itu suara batu, namanya Batu Tertawa!" Astaga!..kaget dan sedikit seram....Walau akhirnya kata temanku, kita nanti naik dan melihat batu tertawa tadi. Apa iya ya?..
Akhirnya tak sampai lama lagi kami putuskan untuk segera naik guna tak ketinggalan sunrise di Sumbing. Kami tingggalkan Pestan menuju pos selanjutnya yaitu Pasar Watu. Sesampai di Pasar Watu kami lanjut ke Watu Kotak, lalu kami lanjutkan ke Tanah Putih yang melalui jalur berpasir dan jurang disebelah. Ada juga jalur yang harus melewati batu besar sambil menunduk layaknya memasuki gua.
Akhirnya sampailah kami di Puncak Buntu, Puncak Sumbing pas Sunrise tiba. Indah karena cuaca juga mendukung sehingga kami bisa menikmati Gunung Sindoro dari puncak Sumbing dan Dataran tinggi Dieng serta dari kejauhan nampak Merapi Merbabu serta Lawu yang menjulang. Dan nampak mungil dari puncak, Gunung Slamet serta Ciremai, Wah Sumbing adalah gunung tinggi jadinya gunung - gunung tadi bisa dilihat dari puncaknya.
Perjalanan kami mulai dari Gapura Garung menuju sebuah Masjid, yaitu Masjid Al-Mansyur, sesampai di dekat masjid lalu berkelok ke kiri dan menanjak lalu melewati ladang sawah pertanian milik penduduk setempat, lalu kami sampailah di Pos Malin setelah berjalan cukup lama, sekitar hampir 4 jam! Melalui ladang dan jauh dari yang namanya hutan gunung, sayang sekali......
Segera tak membuang waktu kami putuskan untuk melanjutkan ke Pos 2 Genus yang jarak tempuh dari Malin tak sampai lama, hanya sekitar 1 jam an. Hanya jalurnya berpasir dan keras karena tanah liat keras. Karena memburu sunrise di puncak, tanpa istirahat kami teruskan pendakian menuju Pos Sedlupak Roto yang hampir tanpa bonus karena tanjakan sepanjang perjalanan..wah alangkah hebat dan capeknya...
Dan akhirnya sampailah kami di simpang yang merupakan pertemuan dua jalur, yaitu jalur lama dan jalur baru. Jalur kami yakni jalur lama. Berpikir sebentar akhirnya kami hendak membuka tenda di pos selanjutnya yaitu Pestan. Kami lanjutkan lagi menuju Pestan karena sudah tak jauh lagi dari simpang, hanya sekitar10 menit perjalanan normal, maksudnya normal itu ya jalan biasa tanpa mampir warung....( ga nyambung.. ).
Sesampai di Pestan yang arti panjangnya adalah Pasar Setan, kami membuka tenda untuk istirahat dan meluruskan badan barang sejenak. Setelah tenda berdiri kami pun ngobrol panjang lebar..Lho??..ya jalur itu lumayan ramai dengan banyak pendaki yang juga istirahat maupun melanjutkan menuju puncak. Yang surprise, selama ngobrol, aku dengar dari jauh suara tertawa, yang bunyinya lumayan kencang terbawa angin karena Pestan tak begitu jauh dari puncak Sumbing.
Arah suara tertawa dari arah puncak. Kaget dan heran sebenarnya karena aku yakin di puncak Sumbing tak mungkin ada Dagelan tengah malam seperti ini....atau mungkin ada pendaki yang membawa televisi lalu muter TV pas acara Tukul? tak mungkin......Tak lama aku lihat ada pemandu pendakian yang berasal dari desa di kaki Sumbing. Aku tanya itu suara tertawa, dan jawabnya: " Oh itu dari puncak mas, itu suara batu, namanya Batu Tertawa!" Astaga!..kaget dan sedikit seram....Walau akhirnya kata temanku, kita nanti naik dan melihat batu tertawa tadi. Apa iya ya?..
Akhirnya tak sampai lama lagi kami putuskan untuk segera naik guna tak ketinggalan sunrise di Sumbing. Kami tingggalkan Pestan menuju pos selanjutnya yaitu Pasar Watu. Sesampai di Pasar Watu kami lanjut ke Watu Kotak, lalu kami lanjutkan ke Tanah Putih yang melalui jalur berpasir dan jurang disebelah. Ada juga jalur yang harus melewati batu besar sambil menunduk layaknya memasuki gua.
Akhirnya sampailah kami di Puncak Buntu, Puncak Sumbing pas Sunrise tiba. Indah karena cuaca juga mendukung sehingga kami bisa menikmati Gunung Sindoro dari puncak Sumbing dan Dataran tinggi Dieng serta dari kejauhan nampak Merapi Merbabu serta Lawu yang menjulang. Dan nampak mungil dari puncak, Gunung Slamet serta Ciremai, Wah Sumbing adalah gunung tinggi jadinya gunung - gunung tadi bisa dilihat dari puncaknya.
pestan
Akhirnya setelah Matahari mulai
muncul kami hendak memutuskan turun tetapi sebelumnya kami hendak
menemui batu tertawa tadi. Nah sesampai di batu tertawa yang letaknya
tak jauh dari puncak, tak kami dengar suara tertawa!. Kami simpulkan
suara tertawa tadi adalah suara angin yang berhembus luar biasa
dikawasan gunung, tak ada yang lain. Tetapi terkadang manusia suka
berpikir bahwa ada batu bertuah yang bisa tertawa laksana kita manusia.
Ya entahlah, kami berpikir rasional saja daripada bingung dan tak mengerti. Entahlah nama apapun juga hanya sebuah nama dan julukan supaya mudah di ingat, termasuk Pestan yang artinya Pasar Setan, karena memang wilayahnya luas dan berumput serta agak miring sebenarnya. Dan mungkin memang pasarnya setan karena dalam keadaan bukan pas pendakian pasti sepi, hanya setan yang ada disana..mungkin lho..
Oke kami pun turun Sumbing dengan hati lega dan puas bisa menapaki puncaknya yang menjulang gagah. Terima kasih Sumbing atas keramahannya menyambut kami. Salam Rimba Indonesia!
Untung sesampai di Batu Tertawa, tak ada suara tawa dari batu, jika tertawa mungkin aku marah dan bilang: " Menghina ya? kok ketawa lihat aku?"...Cmiiw....
Ya entahlah, kami berpikir rasional saja daripada bingung dan tak mengerti. Entahlah nama apapun juga hanya sebuah nama dan julukan supaya mudah di ingat, termasuk Pestan yang artinya Pasar Setan, karena memang wilayahnya luas dan berumput serta agak miring sebenarnya. Dan mungkin memang pasarnya setan karena dalam keadaan bukan pas pendakian pasti sepi, hanya setan yang ada disana..mungkin lho..
Oke kami pun turun Sumbing dengan hati lega dan puas bisa menapaki puncaknya yang menjulang gagah. Terima kasih Sumbing atas keramahannya menyambut kami. Salam Rimba Indonesia!
Untung sesampai di Batu Tertawa, tak ada suara tawa dari batu, jika tertawa mungkin aku marah dan bilang: " Menghina ya? kok ketawa lihat aku?"...Cmiiw....
Title : Pestan,Gunung Sumbing
Description : Mungkin yang belum pernah sampai di Sumbing akan bertanya - tanya plus berpikir, apa itu Pestan?. Nah kami akhirnya setelah Gunung Sindor...
Description : Mungkin yang belum pernah sampai di Sumbing akan bertanya - tanya plus berpikir, apa itu Pestan?. Nah kami akhirnya setelah Gunung Sindor...